Gimana kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja ya. Nah, memenuhi tema #Arisan Blog Gandjelrel, yang pemenangnya adalah mbak Andjar Sundari dan mbak Nia Nurdiansyah, maka saya akan menuliskan kisah masa kecil saya yang tidak bisa terlupakan.
Btw saya juga sering bertandang ke blognya mbak Andjar lho yang mostly cerita-ceritanya tentang parenting yang inspiratif serta beliau ini juga pinter bikin cerpen lho.
Sedangkan mbak Nia yang juga seorang psikolog serta sedang merintis bisnis kuliner, juga termasuk penulis yang produktif lho (*ehem*)--> (mbak, boleh dong dilemparin bukunya ha ha). Tulisan Mbak Nia ini sangat mengalir dan mudah dicerna.
Kayaknya pembukaannya sudah cukup ya, nah selanjutnya adalah kisah masa kecil saya bersama teman kecil saya Lely. Nama panjangnya adalah Lelyana Chandra Krisnawati. Nama yang bagus dan saya ingat sampai sekarang.
Dia adalah teman SD saya yang paling akrab. So pasti akrab soalnya sehari-hari dia dititipin ke neneknya yang letaknya berdekatan dengan rumah saya. Ayah ibunya bekerja. Rumahnya hanya berjarak 2 rumah dari rumah saya. Setiap hari saya dan teman-teman sekampung saya termasuk Lely berjalan kaki menuju sekolah SDN 5 Salatiga. Salah satu SD Negeri favorit di kota Salatiga. SD tersebut berjarak 1 KM dari rumah. Lumayan jauh kan. Namun, itu tidak terasa jauh karena berangkatnya bersama-sama dengan teman-teman sekampung yang kebetulan SDnya juga sama. Waktu itu juga jarang ada anak yang diantar jemput orang tuanya, karena orangtua jaman saya itu anaknya banyak. Minimal mereka memiliki 4 saudara. Jadi, bisa dimaklumi mengapa anak-anak dibiarkan berangkat sekolah sendiri lantaran si ibu biasanya sudah repot dengan adik-adik yang masih kecil-kecil. Biasanya ada kakak-kakak kelas sih yang ikut menyebrangkan. Kakak-kakak kelas itu juga tetangga-tetangga saya juga.
Setiap hari kami berjalan kaki melewati sungat kecil yang arusnya tidak terlalu deras, melewati jalan-jalan setapak berumput. Terkadang, sampai di sekolah baju saya terkena bulir rumput yang lengket-lengket itu. Serunya lagi kalau pulang sekolah kadang lepas sepatu dan masuk ke sungai kecil tersebut. Biasanya kami bersama teman-teman mencari ikan dan dimasukkan ke dalam plastik. Setelah itu pulang sekolah pasti deh dimarahi sama ibu karena tak jarang sepatu/bajunya basah.
Berjalan kaki ke sekolah (Google Image) |
Setiap hari kami berjalan kaki melewati sungat kecil yang arusnya tidak terlalu deras, melewati jalan-jalan setapak berumput. Terkadang, sampai di sekolah baju saya terkena bulir rumput yang lengket-lengket itu. Serunya lagi kalau pulang sekolah kadang lepas sepatu dan masuk ke sungai kecil tersebut. Biasanya kami bersama teman-teman mencari ikan dan dimasukkan ke dalam plastik. Setelah itu pulang sekolah pasti deh dimarahi sama ibu karena tak jarang sepatu/bajunya basah.
Waktu itu kami malah jarang belajar lho, he he belajar kalau tes saja. Selebihnya hanya bermain dan bermain. Bahkan, kalau belum dibawain sapu oleh ibu saya belum pulang ke rumah. Ha ha ha.....
Sungainya hampir mirip seperti ini, tidak dalam hanya 5 -20 cm (diambil dari google image) |
Kembali ke cerita awal tentang Lely. Lely teman saya itu salah satu cewek idola di kelas selain saya he he. Asli ini memang ditambah-tambahi. Wajah Lely cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih dan memiliki gigi gingsul. Kulit putihnya sepertinya menurun dari Ayahnya yang orang Menado. Sementara ibunya orang Jawa. Ayahnya adalah seorang joki kuda. Lely adalah seorang non muslim. Namun, kita saling menghormati.
Ketika saya belum sholat dia akan mengingatkan saya. Bahkan, terkadang dia menunggui saya tatkala saya sedang sholat sampai selesai. Dia duduk persis di belakang saya. Begitu juga ketika dia saatnya ke gereja saya suka mengingatkan ke dia. Kami menganggap bahwa perbedaan itu bukanlah sesuatu yang harus dipersoalkan, bahkan itulah yang memberi warna di Indonesia.
Suatu kebiasaan lucu kami saat SD adalah kami sukanya menginap ke rumah masing-masing. Bergantian. Selain itu kami sukanya tukar menukar baju. Saya memakai baju Lely dan Lely memakai baju saya. Dia juga yang mengajari saya untuk memanjat pohon, dia juga jago berlari. Larinya sangat kencang. Dia seringkali menang lomba lari. Karena dia suka berlari, saya juga jadi suka lari. Selain itu dialah yang mengajari saya bisa bersepeda roda dua. Dialah yang selalu memompa semangat saya untuk bisa belajar sepeda roda dua. Kamu pasti bisa. Saya masih mengingat saat ketika saya berlatih sepeda tua saya yang tidak ada remnya di depan rumah neneknya. Padahal, bahaya lho kalau tidak ada remnya. Tapi namanya aja anak kampung ndelul...
Lulus SD kami sudah berbeda SMP. Setelah itu dia pindah rumah dan kita berpisah. Dan kita tidak bertemu lagi setelah itu. Oia dia sekarang kabarnya telah bekerja sebagai teller di sebuah Bank. Kenangan tentang Lely akan selalu saya kenang selamanya. Semoga dia masih mengingat saya ya.......
Ketika saya belum sholat dia akan mengingatkan saya. Bahkan, terkadang dia menunggui saya tatkala saya sedang sholat sampai selesai. Dia duduk persis di belakang saya. Begitu juga ketika dia saatnya ke gereja saya suka mengingatkan ke dia. Kami menganggap bahwa perbedaan itu bukanlah sesuatu yang harus dipersoalkan, bahkan itulah yang memberi warna di Indonesia.
Suatu kebiasaan lucu kami saat SD adalah kami sukanya menginap ke rumah masing-masing. Bergantian. Selain itu kami sukanya tukar menukar baju. Saya memakai baju Lely dan Lely memakai baju saya. Dia juga yang mengajari saya untuk memanjat pohon, dia juga jago berlari. Larinya sangat kencang. Dia seringkali menang lomba lari. Karena dia suka berlari, saya juga jadi suka lari. Selain itu dialah yang mengajari saya bisa bersepeda roda dua. Dialah yang selalu memompa semangat saya untuk bisa belajar sepeda roda dua. Kamu pasti bisa. Saya masih mengingat saat ketika saya berlatih sepeda tua saya yang tidak ada remnya di depan rumah neneknya. Padahal, bahaya lho kalau tidak ada remnya. Tapi namanya aja anak kampung ndelul...
Lulus SD kami sudah berbeda SMP. Setelah itu dia pindah rumah dan kita berpisah. Dan kita tidak bertemu lagi setelah itu. Oia dia sekarang kabarnya telah bekerja sebagai teller di sebuah Bank. Kenangan tentang Lely akan selalu saya kenang selamanya. Semoga dia masih mengingat saya ya.......