honda bebek jadul (gambar diambil dari gridoto.com)
Assalamu'alaikum wr. wb. temans,
Saya memang hobi dengan yang namanya traveling alias jalan-jalan. Setiap
akhir pekan sebelum pandemi Corona, biasanya saya pergi keluar jalan-jalan
dengan suami dan anak-anak. Biasanya sih pergi jalan-jalan ke tempat wisata,
ngemall atau makan-makan di luar. Jalan-jalan itu bisa menghibur hati dan juga
melepaskan stress yang kita miliki. Selain itu juga bisa merekatkan bounding
antar anggota keluarga lho. Jalan-jalan saya sementara ini yang paling jauh ke
Telogo Sarangan naik mobil haha. Bagi saya itu sudah jauh banget lantaran sudah
melewati Jawa Timur. Pingin banget sih keluar negeri/umroh bareng keluarga
besar gitu. Kalau suami saya sudah lumayan sering ke luar negeri seperti
Singapura dan Australia tetapi karena urusan pekerjaan bukan murni travelling.
Semoga nanti impian saya tersebut bisa kesampaian.
Awalnya saya menyukai traveling dikarenakan ayah saya yang suka banget
ngajak saya jalan-jalan dengan honda bebeknya itu. Honda motor bebek di tahun
80-90an merupakan motor favorit orang pada jamannya. Memiliki honda motor
bebek adalah sebuah kebanggaan dijaman purba itu (eh
maksudnya tahun 80-90an). Bersama ayah, saya telah beberapa kali
menempuh perjalanan panjang di luar kota kelahiran saya Salatiga. Seperti ke
kota Solo dan Jogja. Bahkan, beberapa tahun sebelum beliau tiada ayah saya
pernah mengunjungi teman kuliahnya di Malang, Jawa Timur. Waktu itu beliau
tidak membawa jaket tebal. Aduh, ayah saya memang cuek banget orangnya. Kalau capek berhenti dan tidur di mushola/masjid. Sampai-sampai teman ayah
saya tadi membelikannya jaket. Ibu saya yang agak kelimpungan karena ketika
berangkat ke Malang tersebut ayah saya tidak meninggalkan pesan apapun ke ibu
dan anak-anak hingga lima hari tidak pulang ke rumah. Ketika akhirnya pulang,
sebenarnya ibu saya hendak marah kepada ayah tetapi tidak tega dan melupakannya
ha ha.
jalan-jalan naik motor (diambil dari travel.kompas.com) |
Ayah saya mengajarkan anak-anaknya untuk mandiri baik untuk anak laki-laki
ataupun anak perempuannya termasuk saya. Saya masih ingat benar ketika saya
mendaftar SMP saya disuruh mendaftar sendiri ke SMPN tersebut. Kata ayah saya letak SMPN itu kan dekat dan bisa terjangkau dari
rumah dan sayapun lalu mendaftar sendiri. Memang dekat sih dari rumah saya
sekitar 500-700 meter tetapi saya kan pingin banget ditemani ayah saya.
Akhirnya, kakak perempuan saya yang menemani mendaftar di sekolah tersebut.
Duh, kalau ingat masa itu. Tidak seenak anak-anak jaman sekarang. Anak sekarang
kena panas sedikit sudah mengeluh. Pulang sekolah mintanya dijemput atau naik
gojek. Dari SD sampai SMA saya biasa jalan kaki ke sekolah. Itupun
beramai-ramai dengan anak-anak tetangga dan serunya tidak terasa jauh. Berangkat
dan pulang sekolah dengan jalan kaki saya nikmati, bahkan terkadang
hujan-hujanan dan itu asyik banget. Meskipun, setelah itu ibu saya sempat marah
dan bilang “kenapa sih tidak menunggu hujan reda?”.
Kisah saya yang lain bersama honda bebek punya ayah
adalah saya pernah ke Solo sendirian dan pergi jalan-jalan ke Ungaran naik
honda bebek. Sepanjang perjalanan saya melihat pemandangan Solo yang waktu itu masih banyak sawah dan lahan hijau. Waktu itu saya lulus SMA. Mungkin sekitar tahun 2000. Padahal, Honda Bebek tersebut karena termakan usia lama-lama
jalannya agak pelan seperti siput. Hehe.
Solo travelling saya dengan honda bebek punya ayah ini
benar-benar berkesan dan merupakan permata pengalamanku. Tiap kali saya naik
sepeda motor bebek itu jiwa saya merasa bebas seperti burung dan saya bisa
melihat berbagai pemandangan sepanjang perjalanan. Namun, sayangnya saya tidak
memiliki kamera di saat itu. Waktu itu juga belum ada handphone yang bisa untuk
selfi-selfi, bisanya cuman untuk menulis sms, membalas sms, dan menelpon. Jadi
ya, maaf ya saya tidak menampilkan foto-foto saya.