Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sudah beberapa tahun lamanya Indonesia memiliki minat baca yang rendah,
bahkan termasuk terendah di Asia. Hal itu ditunjang dengan rendahnya daya beli akan buku. Menurut beberapa orang, daripada beli buku mendingan buat makan
atau kebutuhan lainnya.
Dari data UNESCO menyebutkan minat baca orang Indonesia hanya sekitar 0,001%. Itu artinya
diantara 1000 orang, hanya 1 orang yang rajin membaca. Indonesia memiliki
peringkat 60 dibawah Botswana untuk membaca. Sangat miris bukan?
Pemerintah Indonesia sudah berupaya untuk meningkatkan minat baca di
Indonesia antara lain dengan mendirikan perpustakaan gratis, perpustakaan
keliling dan membuat event-event festival literasi. Namun, hal itu nampaknya
belum berhasil untuk mengkatrol minat baca orang Indonesia.
Minat baca yang rendah itu bertolak belakang dengan sebuah fakta bahwa
rata-rata orang Indonesia kuat menatap/membaca gadget selama 9 jam dalam
sehari. Bahkan kecepatan tangan memberi likes lebih cepat daripada kecepatan
otaknya. Untuk berkicau di media sosial orang Indonesia terutama orang Jakarta
juga terhitung lebih cerewet di bandingkan orang Jepang. Indonesia menduduki
urutan nomer 5 untuk kecerewetan di media sosial. Bisa dibayangkan ilmu kurang,
malas membaca dan itu bisa menjadikan Indonesia menjadi sasaran empuk masuknya
berita hoaks dan provokasi.
Rupa-rupanya malas membaca itu sudah menjadi “penyakit” di kalangan orang Indonesia.
Terkadang, belum selesai membaca sebuah artikel sudah dishare duluan. Padahal,
artikel itu belum tentu benar. Hal itu saya alami sendiri pada masa pandemi
Corona ini. Bahkan, karena saya tidak kuat dengan informasi hoaks seputar Corona
di sebuah grup sekolah ibu-ibu saya terpaksa keluar grup tersebut. Bayangkan,
setiap hari sebut saja ibu x mengunggah info-info hoaks seputar Corona. Beberapa kali sudah saya luruskan kalau itu hoaks. Dia malah berkilah "harusnya berterimakasih dikasih informasi". Hmm.....macam tak betul budak ni. Padahal grup kita kan banyak. Bisa lebih dari 10 grup. Bikin puyeng bacanya. Apalagi,
pas tetangga saya ada yang PDP Corona, saya membatasi diri untuk tidak terlalu banyak
membaca berita seputar Corona, supaya tidak stress.
Untuk membangkitkan minat baca orang Indonesia saya rasa harus dimulai dari
lingkup keluarga lebih dahulu. Anak kita terus tumbuh besar maka kita harus terus menerus menambah ilmu kita dari membaca buku terutama ilmu parenting/mengasuh anak. Saya sangat suka membaca lantaran juga dulu suka
melihat Bapak saya suka membaca. Beliau suka membaca surat kabar. Kita
langganan surat kabar Suara Merdeka. Terus saya suka meminjam majalah Bobo juga di tetangga. Karena menurut ibu saya majalah Bobo termasuk mahal kala itu dan ortu saya belum sanggup untuk membelikan. Kesukaan
membaca saya tularkan ke anak-anak saya. Saya suka sekali membelikan mereka
buku-buku cerita, buku dongeng, dan buku-buku tentang kepahlawanan. Karena si kakak sudah remaja, maka saya
belikan juga buku-buku motivasi dan novel-novel untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.
Mulai umur 1.5 tahun anak-anak mulai pandai bicara dan menirukan kata-kata
kita. Itulah saatnya kita untuk membelikan buku-buku bergizi untuk mereka. Di
usia tersebut anak-anak saya belikan buku-buku sederhana tentang binatang, buku
tentang buah-buahan, buku sederhana tentang kerjasasama seperti buku Halo Balita terbitan Dar Mizan yang berjudul Gajah Bersin ini. Anak saya yang balita sangat suka
dengan buku itu. Dia berkali-kali minta diulang untuk diceritakan buku Gajah
Bersin tersebut. Dari buku anak belajar tentang warna, macam-macam
binatang, buah-buahan dan belajar tentang kecerdasan emosional.
Si kecil saya Lisa dengan buku baru kesukaannya berjudul Gajah Bersin, bukunya hardcover jadi tidak bisa disobek.
Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari membaca. Menurut Ayah Bunda 5 manfat
membaca bagi anak adalah :
Prestasi
Berbagai penelitian menyebutkan, anak yang ‘terpapar’ bacaan
sejak dini sebelum ia masuk sekolah akan lebih bertanggung jawab dan ‘tampil’
lebih baik di semua aspek pendidikan formal ketika ia di sekolah kelak. Tidak
berhenti di sektor pendidikan formal, tapi anak juga memiliki bakat pembelajar
secara umum di semua bidang.
Kemampuan berkomunikasi
Saat Anda membacakan anak cerita, dengan memperkenalkan
berbagai tokoh serta berbagai ekspresi, anak jadi belajar berimajinasi dan
menyerap banyak hal. Ini membuat kemampuan berkomunikasinya jadi lebih baik
saat bersosialiasi dengan orang lain.
Kebutuhan
Terbiasa melihat dan mengalami sendiri bahwa membaca buku
merupakan hal yang menyenangkan, maka ini akan menjadi suatu kebutuhan yang
akan terus dicari anak sampai dewasa. Anak akan cenderung memilih buku sebagai
hiburan, ketimbang televisi maupun gadget.
Solusi baru
Momen anak memasuki babak baru dalam hidupnya, misalnya potty training maupun masuk pra sekolah, yang mengharuskan anak
bertemu dengan ritual atau orang baru, berpotensi bikin anak tertekan. Bantu ia
mengatasinya dengan membacakan cerita dengan kasus yang mirip, sebelum anak
akan menghadapi saat-saat tersebut. Ini bisa mengurangi kecemasannya.
Kemampuan berpikir logis
Membacakan anak cerita, selain membiasakannya berimajinasi,
juga melatih anak berpikir logis dan kritis, memahami konsep sebab-akibat, dan
belajar mengetahui nilai-nilai yang baik.