Selamat hari Selasa, semoga hari ini membawa berkah bagi kita semua dan buat kalian yang lagi bekerja, selamat bekerja dan beraktivitas. Nah, hari ini adikku perempuan dari Papua mau pulang ke Jawa nih. Saya juga ikut senang tentunya. Bakalan bertemu 3 ponakan kecilku dengan logat Papuanya yang kental yang kadang bikin ketawa. Udah hampir 2 tahun kita tidak bertemu. Pastinya kangen banget. Dan hari ini juga bertepatan dengan ulang tahun adikku tanggal 9 April. Hbd my little sist.....
Saya mau bercerita tentang pengalaman saya beberapa minggu yang lalu. Ceritanya, saya itu lagi butuh banget pisau dapur. Eh, pas ke swalayan entah mengapa alat dapur itu selalu lupa beli. Singkat kata, sehari kemudian ada pedagang keliling lewat depan rumah menjajakan pisau. Langsung deh, saya panggil Bapak Penjual Pisau tersebut. Ternyata, dia tidak hanya berjualan pisau saja, dia juga menjual alat dapur yang lain seperti sendok sayur, susruk (alat penggorengan). Kebetulan saya juga lagi butuh alat penggorengan. Kualitasnya juga kelihatannya bagus dan awet. Kemudian, setelah itu saya tanya-tanya harga. Harganya murah juga untuk pisau dapur dengan gagang kayu Rp. 10.000,00 kalau gagang alumunium Rp. 15.000. Untuk alat penggorengannya Rp. 10.000,00 juga. Kemudian, saya memilih pisau dapur dengan gagang kayu sajalah.
Namanya wanita selalu tidak afdol bila tidak menawar. Padahal mampu lho beli segitu. Tetapi, selalu saja ditawar. Pak, aku beli pisau dapur 1, susruk 1 Rp. 15.000 ya? Bapaknya diam sebentar, lalu mengiyakan. Iya bu tidak apa-apa, buat penglaris. Alhamdulilah, berhasil juga tawar menawarnya.
Karena waktu itu saya habis menyapu halaman rumah, jadinya saya belum membawa uang sama sekali. Lantas, sayapun masuk ke dalam rumah untuk ambil uang.
Nah, kebetulan hari itu suami saya ada di rumah. Dia tanya berapa harganya? Rp. 15.000 mas, dua. Haruse Rp.20.000,00, tadi tak tawar.
Jawab suamiku : Kasihan, tidak usah ditawar dia kan butuh uang juga to. Udah Rp. 20.000,00 aja gpp. Iya ya, benar juga kata suami, aku jadi tidak tega juga.
Kemudian, Rp. 20.000,00 saya berikan kepada bapak penjual tersebut.
Diambil dari kaskus.co.id |
Pernah tidak sih kalian seperti itu?
Kadang tanpa sadar kita menawar penjual keliling dengan harga yang kecil. Kasihan juga ya. Padahal, dia kan jalan kaki juga capek keliling kompleks. Terkadang, ada yang saya lihat pernah tidur di pos kompleks karena kecapaian. Habis itu saya jadi tidak tega kalau nawar penjual keliling. Anggap saja bersodaqoh saja.
Beda wanita beda pula dengan lelaki. Lelaki itu kan jarang banget menawar. Kayak suami saya, kalau belanja sendiri tidak tegaan dan jarang menawar. Makanya, pernah pas acara kantor di luar kota, kebetulan di acara itu sekalian jalan-jalan ke Marlboro. Saya berpesan anak-anak beliin baju ya yang murah-murah aja gpp. Pulangnya, saya dibelikan juga dompet dan anak-anak juga dibelikan baju, tapi kalau wanita kan biasanya menawar separo harga, seperti Rp. 50.000 jadi Rp. 25.000. Kalau tidak boleh, ya dinaikin sedikit. Kalau suamiku enggak pakai nawar-nawar. Katanya, sudah murah. Tapi, saya seneng juga sih dibeliin. Berarti dia juga perhatian sama istri.