Assalamu'alaikum wr.wb.
Dear my readers,
Hai teman-teman gimana kabarnya? Sudah lama nih tidak nulis blog. Pasti kalian sudah kangen ma aku nih.....
Kali ini saya akan bercerita tentang kakak Lala, namanya Lia. Kakak Lia September kemaren berulang tahun yang ke-10, kelas 5. Tingginya hampir sama dengan saya. Saya dan anak-anak sangat akrab. Memang sedari kecil saya amat suka sekali anak-anak. Seringkali saya dititipin anak-anak tetangga ketika ibu mereka mandi atau ada urusan tertentu. Kepikiran juga untuk bisnis penitipan anak. Kayaknya prospek nih.He...he...
Kakak Lia ( yang paling kanan pakai kacamata) |
Sebelum ngelantur kemana-mana yuk kita lanjut. Kakak Lia sudah seperti sahabat saya, kami berdua sangat terbuka. Dia adalah sahabat yang paling jujur lho. Apa yang dia tidak suka dari saya, dia selalu utarakan. Kakak Lala sekolah di SD Islam swasta di dekat rumah. Dia suka sekali menasihati saya untuk sholat dhuha, kalo sholat jangan ditunda-tunda, seringkali nasihatnya membuat saya terharu dan instropeksi diri. Bangga sekali punya anak seperti kakak.
Kalo Lala suka pelajaran matematika, si Kakak ini agak kurang di pelajaran matematika. Tapi dia unggul di pelajaran Bahasa Inggris. Memang kecerdasan anak berbeda-beda ya. Sebenarnya nilainya masih diatas KKM tapi persaingan di kelasnya ketat. Ya, maklumlah sekolahnya termasuk sekolah islam favorit di Semarang. Selisihnya di koma-koma saja. Sebenarnya saya dan suami bukan tipikal orang yang ambisius soal nilai. Tetapi karena masalahnya matematika itu dipakai terus sampai kuliah, kami kira perlu untuk "menggenjot" nilainya dengan banyak latihan. Beruntunglah saya punya suami yang jago di bidang matematika, sementara saya jago di bidang bahasa Inggris. Jadi kami berdua berbagi tugas, untuk pelajaran matematika si Ayah yang mengajari, sementara untuk pelajaran bahasa giliran saya.
Suatu hari si Kakak bilang ingin les matematika karena teman-temannya sudah pada les dan nilainya bagus-bagus. Trus saya jawab : Kakak kalo rajin belajar dan rajin berlatih pasti nilainya juga bagus. Tapi dia bersikukuh ingin les ya sudah. Jadi keinginan les itu muncul dari keinginannya sendiri.
Suatu hari si Kakak bilang ingin les matematika karena teman-temannya sudah pada les dan nilainya bagus-bagus. Trus saya jawab : Kakak kalo rajin belajar dan rajin berlatih pasti nilainya juga bagus. Tapi dia bersikukuh ingin les ya sudah. Jadi keinginan les itu muncul dari keinginannya sendiri.
Selanjutnya saya mulai cari informasi tentang guru les matematika ke teman-teman. Setelah cari-cari informasi akhirnya dapatlah guru Matematika yang cocok. Tarifnya pun tidak terlalu mahal, 25 ribu perjam, sementara guru-guru yang lain diatas 25 ribu. Saya dan suami sepakat untuk privat saja, gurunya yang datang ke rumah karena hari Senin-Kamis kakak pulangnya sudah siang, jadinya les kami buat jumat-sabtu sehabis Maghrib.
Kakak cepat sekali menyesuaikan diri dengan guru lesnya. Agaknya dia sangat cocok dengan guru lesnya. Lesnya berlangsung 1.5 jam dari jam 6-7.30. Usianya pun masih 20 an, namanya mbak Dee, beliau mengajar di SD Negri.
Biasanya kalau sudah hari Jumat si Kakak sudah semangat, sehabis sholat maghrib, dia sudah nyiap-nyiapin buku les matematikanya di atas meja sambil menunggu mbak Dee datang.
Suatu hari sehabis les Kakak bercerita (dari Mbak Dee) untuk mendapat nilai yang bagus selain banyak berlatih juga harus suka dulu dengan pelajarannya. Saya lantas mengiyakan apa yang diceritakan si Kakak. Ibarat seperti pepatah "Tak Kenal Maka Tak Sayang". Alhamdulilah kakak jadi semangat dan suka dengan pelajaran berhitung yang seringkali menjadi momok banyak anak ini. Berdasarkan pengalaman saya juga jangan lantas sudah les kita lupa untuk tetap memberikan latihan-latihan kepada anak kita. Tak dipungkiri dengan les memang banyak membantu, tetapi latihan yang terus menerus tetap diperlukan seperti menghafal perkalian, menghapal pengkuadratan. Smoga menginspirasi.
Salam hangat,
Kakak cepat sekali menyesuaikan diri dengan guru lesnya. Agaknya dia sangat cocok dengan guru lesnya. Lesnya berlangsung 1.5 jam dari jam 6-7.30. Usianya pun masih 20 an, namanya mbak Dee, beliau mengajar di SD Negri.
Biasanya kalau sudah hari Jumat si Kakak sudah semangat, sehabis sholat maghrib, dia sudah nyiap-nyiapin buku les matematikanya di atas meja sambil menunggu mbak Dee datang.
Suatu hari sehabis les Kakak bercerita (dari Mbak Dee) untuk mendapat nilai yang bagus selain banyak berlatih juga harus suka dulu dengan pelajarannya. Saya lantas mengiyakan apa yang diceritakan si Kakak. Ibarat seperti pepatah "Tak Kenal Maka Tak Sayang". Alhamdulilah kakak jadi semangat dan suka dengan pelajaran berhitung yang seringkali menjadi momok banyak anak ini. Berdasarkan pengalaman saya juga jangan lantas sudah les kita lupa untuk tetap memberikan latihan-latihan kepada anak kita. Tak dipungkiri dengan les memang banyak membantu, tetapi latihan yang terus menerus tetap diperlukan seperti menghafal perkalian, menghapal pengkuadratan. Smoga menginspirasi.
Salam hangat,