Assalamu’alaikum temans,
Tepat dua bulan yang lalu tetangga saya ada yang terpapar virus Covid-19. Beliau memiliki profesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit di Semarang. Profesi perawat memang rentan terpapar Covid-19, karena selama pandemi Covid-19 mereka sehari-hari menangani pasien Covid-19. Jadi itu lumrah terjadi.
Rumahnya cukup dekat dari rumah saya, mungkin sekitar 100 meter. Bisa
dibayangkan komplek saya langsung heboh dengan pemberitaan tersebut.
Tetangga-tetangga saya dan termasuk juga saya melakukan aksi memborong handsanitizer
dan masker kain. Pada saat itu harga masker medis juga selangit harganya.
Kebanyakan orang lebih percaya masker medis ketimbang masker kain. Tetapi,
akhirnya ada himbauan dari Pemerintah untuk orang awam lebih baik menggunakan
masker kain saja karena masker medis memang diperuntukkan untuk tenaga medis
dan jumlahnya juga terbatas. Akhirnya saya juga memakai masker kain dan saya
juga beli serepnya untuk ganti-ganti disaat masker kain satunya dicuci.
Adanya tetangga saya yang PDP Corona membuat semua anggota
keluarga yang serumah dengan penderita otomatis menjadi ODP. Namun, setelah dites ternyata anak dan
istri penderita Covid-19 tersebut negatif. Setelah kejadian tersebut suasana
kompleks perumahan saya menjadi sunyi
sepi. Orang jadi begitu paranoidnya untuk keluar rumah atau sekedar melewati
rumah tetangga saya yang PDP Covid-19 tersebut. Anak-anak saya larang untuk
bermain dan setiap keluar rumah harus menggunakan masker. Sayapun jadi agak
cemas takut ketularan Covid-19. Anak-anakpun kemudian diliburkan setelah makin
lama Covid-19 di Semarang semakin merajalela dan ditetapkan sebagai pandemi.
Saya membatasi diri saya dan anak-anak untuk tidak terlalu banyak tahu tentang
Covid-19. Cukup tahu yang pokoknya saja dan tidak perlu harus sampai detail,
karena berada dirumah sudah membuat mereka cukup bosan, apalagi harus mendengar
berita-berita negatif tentang Covid-19.
Alhamdulilah, setelah dua bulan berlalu tetangga saya tersebut
dinyatakan negatif Covid-19 dan sudah aktif bekerja kembali. Kamipun bisa
menghela nafas dengan kejadian tersebut. Dari RT/RW saya juga digalakkan
kegiatan Jogo Tonggo untuk membantu tetangga yang terdampak Covid-19. Tentunya
ini sangat positif sekali dan warga juga sangat antusias dengan kegiatan ini.
Saya pernah membaca
headline di sebuah berita online bahwa ada beberapa orang yang
menganggap bahwa Covid-19 itu adalah penyakit bohong-bohongan dan ada yang
percaya pada sebuah teori bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi dari negara
China. Banyak diantara mereka yang tidak menggunakan masker ketika keluar
rumah. Padahal, Covid-19 adalah sebuah penyakit yang sangat berbahaya dan
menular. Juga ada yang tidak mau menjalani rapid test karena berita ini.
Seperti yang telah kita ketahui
jumlah penderita Covid-19 makin lama makin meningkat tajam. Untuk mengurangi
penyebarannya, Presiden Jokowi menginstruksikan untuk melakukan rapid test,
khususnya di beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki kasus COVID-19 yang
tinggi. Tes ini ditujukan agar pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui
siapa saja orang yang berpotensi menyebarkan virus Corona dan melakukan
tindakan pencegahan agar jumlah kasus COVID-19 tidak semakin bertambah.
Baca Juga : 6 Panduan Kesehatan Ala Dokter Reisa Broto Asmoro di Masa New Normal
Prosedur dan Interpretasi Hasil Rapid Test
Prosedur pemeriksaan rapid test dimulai dengan mengambil sampel darah dari
ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya,
cairan untuk menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya
akan berupa garis yang muncul 10–15 menit setelahnya.
Hasil rapid test positif menandakan
bahwa orang yang diperiksa pernah terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang
yang sudah terinfeksi virus Corona dan memiliki virus ini di dalam tubuhnya
bisa saja mendapatkan hasil rapid test yang negatif karena tubuhnya belum membentuk
antibodi terhadap virus Corona.
Oleh karena itu jika hasilnya rapid test negatif, pemeriksaan rapid test perlu diulang sekali lagi 7–10 hari
setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama
14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan merasa sehat.
Ada kabar menggembirakan bagi kalian yang ingin mengikuti rapid test tetapi was-was untuk keluar rumah, kini Halodoc membuka layanan rapid test dengan bekerjasama dengan beberapa rumah sakit terdekat. Di layanan ini ada menu pilihan rapid test terdekat yang bisa disesuaikan dengan kota tempat tinggal kalian. Caranyapun sangat mudah dan kalian juga bisa memilih waktu yang kalian inginkan. Rapid test ini memerlukan beberapa kartu pengenal seperti kartu keluarga atau KTP. Biayanya akan tergantung biaya jasa tenaga medis dan penyedia alat yang diberikan dari Rumah Sakit. Sudah cukup jelas bukan? So, tidak perlu takut untuk melakukan rapid test ya....Saya percaya kita bisa melaluinya .....