Assalamu'alaikum wr. wb.
Dear my readers,
Hari yang cerah. Matahari bersinar dengan teriknya. Waktu itu jam menunjukkan jam 03.30. Yeay, waktunya kakak pulang sekolah dan seperti biasa dijemput Ayahnya naik motor, karena sekolahnya dekat dari rumah hanya berjarak 1 km. Dengan wajah sedikit memerah dan keringat yang membasahi tubuh, kakak memasuki rumah. Seperti biasa pulang sekolah, dia sudah capek. Maklumlah, dia bersekolah di sekolah Islam yang dominan banyak bacaan hafalan dan ngajinya, jadi pulangnya tidak bisa sama dengan sekolah-sekolah lainnya. Untuk hari Senin-Kamis pulangnya sore, mulai si kakak kelas 3. Biasanya di setiap pagi aktivitas sekolahnya diawali dengan Sholat Dhuha, Sholat Dzuhur dan Ashar di sekolah serta makan siang di sekolah.
Awal-awalnya sih kasihan melihatnya pulang sore. Sampai pernah saya mules-mules ketika memikirkan si kakak pulangnya sore. Saya sebelumnya juga curhat dengan beberapa teman yang usianya lebih senior dari saya. Mereka mengatakan: "Ga Papa Mah, insya Allah, semua akan dimudahkan oleh Allah swt. Mendengarnya saya menjadi tenang. Alhamdulilah semua bisa dilalui dengan sempurna. Memang, sudah menjadi keinginan kami berdua untuk memberikan pendidikan dasar agama kepada anak-anak. Tentunya, kami tidak pernah memaksa. Karena dulu waktu TKnya juga satu yayasan dengan SDnya yang sekarang.
Dulu, sebelum memasukkannya ke SD yang sekarang, saya dan suami terlebih dulu mengajak si kakak jalan-jalan ke 3 SD: 2 SD swasta dan 1 SD negeri. Dan kami menyuruhnya memilih.Ternyata, si kakak memilih SD Islam yang sekarang. Alhamdulilah, dia justru banyak mengingatkan kami berdua tentang sholat dan amalan-amalan. Terkadang, ada hafalan surat yang berjumlah 40 ayat, dia bisa hafal di luar kepala. Kami sering dibuatnya terharu.
Hari berlalu seperti biasa. Jam berlalu seperti biasa. Beberapa jam setelah istirahat sepulang sekolah. Kakak bertanya : Mah, Mengapa Hidungku Pesek?
Semakin mereka bertambah besar terkadang saya kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang kritis. Gelagapan saya ketika itu. Padahal, selama ini saya tidak pernah mengata-ngatai dirinya pesek. Meski memang, dia tidak semancung adiknya. Tetapi, saya tidak pernah menyinggung hal itu. Mau mancung, mau pesek tidak ada masalah.
Karena tak kunjung dijawab dia bertanya lagi. Ayah mancung, mamah mancung, adik mancung mengapa aku tidak ??
Entahlah, apa yang ada di benak anak umur 10 tahun waktu itu? Mungkin, dia takut kalau dia bukan anak saya atau gimana.
Saya kemudian memutar otak mencari-cari jawaban yang pas. Selanjutnya, saya menyuruhnya duduk. Kemudian saya bertanya : Siapa yang bilang kalau hidungmu pesek?
Kata teman-teman mah jawabnya.
Kemudian saya bercerita kalau saya mempunyai seorang adik yang hidungnya juga pesek. Tante Chandra namanya. Tetapi tetap cantik kok. Yang penting itu yang ada di sini. Saya pegang dadanya, namanya kecantikan hati.
Saudara mamah ada lima. Mungkin salah satunya ada yang sifatnya menurun ke kamu. Dan satu lagi, yang penting bisa bernapas kok. Coba kalau hidung kamu pilek pasti tidak enak kan rasanya. #bijak banget aku waktu itu.
Kemudian kakak tersenyum, sepertinya dia puas dengan jawaban saya.
Hari-hari berikutnya si kakak tidak pernah menanyakan hal itu lagi kepada saya. Demikian cerita saya untuk hari ini. Terima kasih sudah membaca ^_^
Salam hangat
Karena tak kunjung dijawab dia bertanya lagi. Ayah mancung, mamah mancung, adik mancung mengapa aku tidak ??
Entahlah, apa yang ada di benak anak umur 10 tahun waktu itu? Mungkin, dia takut kalau dia bukan anak saya atau gimana.
Saya kemudian memutar otak mencari-cari jawaban yang pas. Selanjutnya, saya menyuruhnya duduk. Kemudian saya bertanya : Siapa yang bilang kalau hidungmu pesek?
Kata teman-teman mah jawabnya.
Kemudian saya bercerita kalau saya mempunyai seorang adik yang hidungnya juga pesek. Tante Chandra namanya. Tetapi tetap cantik kok. Yang penting itu yang ada di sini. Saya pegang dadanya, namanya kecantikan hati.
Saudara mamah ada lima. Mungkin salah satunya ada yang sifatnya menurun ke kamu. Dan satu lagi, yang penting bisa bernapas kok. Coba kalau hidung kamu pilek pasti tidak enak kan rasanya. #bijak banget aku waktu itu.
Kemudian kakak tersenyum, sepertinya dia puas dengan jawaban saya.
Kakak Lia |
diambil dari Google.com |
Hari-hari berikutnya si kakak tidak pernah menanyakan hal itu lagi kepada saya. Demikian cerita saya untuk hari ini. Terima kasih sudah membaca ^_^
Salam hangat
Yang penting cantik :D
ReplyDeletePutri saya, malah sadar banget kalo hidungnya pesek, tidak kayak saya dan papanya. Tapi dia tahu kalau itu menurun dari seorang tantenya. Saya suka meyakinkan dia, tak mengapa hidungnya pesek yang penting cantik (soalnya kan hidung pesek suka diasosiasikan dengan jelek). :)
iya itu mbak kesalahan banyak orang terkadang mengasosiasikan hidung pesek dengan jelek:), mksh mbak Mugniar...
DeleteSaya merasakan apa yang kakak rasakan sampe nanya gitu pasalnya dulu lagi kecil saya suka dibandingin ma kakak saya yang idungnya nurun dari alm.mamah dah kayak orang arab sementara saya mendelep, saya jadi pendiam dan introvert banget karena justru keluarga besar yang sll bandingin makanya saya ga pernah deket sama keluarga tetapi lbh dket dg orang lain (teman/sahabat) itu yang buat saya nyaman. Lah jadi curhat y mba :p tpi intinya pliz jangan sampe kaka kyk saya ada perasaan menolak jika kumpul keluarga yg mengakibatkan saya ga deket hanya karena si hidung pesek ini hahaha.
ReplyDeleteiya mbak mksh...mbak herva cantik loh. sampe begitu ya mbak?
DeleteAlhamdulilah dibilang cantik hahaha iya Mba, qu sampe malah suka nanya ini beneran ni anak kandung ga y hahaha. Walaupun kadang saya dan kaka suka ada yg bilang kembar (yg blg kembar matanya kelilipan baskom kayaknya :p) tp tetep aza hinaan masa kecil itu membekas. Paling ga enak itu dibandingkan fisik mba hehhe
Deletebener cantik kok, coba deh tanya suami..
Deletesaya juga pesek dan saya tetap aja pesek kalo berdandan hehehe semangat ya kakak Lia. Hidung pesek itu manis loh :P
ReplyDeletesek yu mbak...pesek tapi ayu...he..he...
Deletepesek cantik kok, si pacar aja pesek juga :)
ReplyDeleteoia? hi..hi..pesek juga cantik kok.
DeleteBener banget mbak yg penting itu kecantikan hati, insyaallah akan terpancar dengan sendirinya. Alhamdulillah saya dan anak dianugerahi hidung agak mancung tapi juga ga boleh jelek2in temen lain
ReplyDeleteiya mbak Mei..setuju banget..ga boleh menjelek2in temen lain
DeleteDuh, anak-anak memang suka dapet labeling gitu ya. Apalagi kalau disertai olok-olok. Tugas ibu membangkitkan rasa percaya diri anak tumbuh kembali. Makasih sharingnya, Mba.
ReplyDeleteiya mbak setuju...sama2 mbak ety...
DeleteHahaha, pertanyaanya sama dengan anakku. Kenapa dia pesek, saya bilang aja karena bundanya pesek. Kalo bundanya pesek, trus anaknya mancung, itu anaknya siapa??? :D
ReplyDeleteanaknya siapa ya ? hayo? he.he..mbak anisa lucu juga ya.
DeleteHahaha, kalau sekeluarga saya pesek semua, mbak Ningrum. Jadi nggak ada pertanyaan dari anak, karena sudah menyadari asal usulnya :))
ReplyDeletehe..he..mbak Andjar lucu...
Deleteanakku jg lahirnya ga mancung kayak papinya dan aku (walo hidungku jg ga semancung kyk keluarga suami). Tapi dulu pas aku msh kecil, mamaku srg blg supaya hidungnya tiap pagi ditarik supaya mancung ;p.. nth itu bener ato ga, tp kyknya work on me sih mbak ;p Makanya anakku yg pertama ini aku gituin juga hidungnya tiap pagi..mumpung dia msh 3 thn, tulang hidung masih bisa dibentuk katanyaa ;p
ReplyDeletetipsnya sangat menarik mbak...bisa dicoba nih....
DeleteBetul betul betul,Mbak...yang penting bisa bernafas, jawaban yang pas untuk menenangkan anak (y)
ReplyDeleteterima kasih mbak Aireni....
Delete