Foto pribadi Blog Mama Lala |
Dear my readers,
Hai semua......sudah lama sekali tidak nulis blog, karena sibuk dengan si kakak yang sedang UKK. Sekarang aku mau bercerita tentang pengalamanku beberapa waktu lalu. Simak ya.
Peristiwa ini sudah terjadi 10 tahun yang lalu...namun aku masih ingat benar sampai sekarang. Waktu itu usia anakku yang pertama masih 6 bulan..lagi lucu-lucunya. Karena aku full time mom atau bahasa kerennya ibu rumah tangga aku bisa memberi ASI sepenuhnya buat si kecil. Senang sekali rasanya melihat si kakak bisa tumbuh sehat dan gemuk...kemana-mana jadi "piala bergilir". Ya iyalah, wong aku waktu itu masih tinggal bersama dengan mertua di Pondok Mertua Asri karena kakak suami kebetulan sudah punya rumah sendiri, jadi aku dan suami diminta untuk menjaga mertua di rumahnya yang asri.
Ada enak tidaknya tinggal dengan mertua, enaknya kalo kita pergi kemana-mana ada yang nemenin si kecil. Bahkan keluar sebentar ke Indomaret yang deket rumah sekitar 100m dari rumah aja ibu mertua selalu bilang, "Cilikan ben neng omah wae mengko ndak mambu angin (b jawa :Si kecil di rumah aja biar ga kena angin). Mungkin saking sayangnya ma si kecil yang waktu itu cucu pertama. Jadi kalo pergi kemana-mana dengan suami serasa masih pacaran saja....Ga enaknya..... ga usah diceritain ya?Ya, namanya hidup satu rumah dengan kadang ada sedikit riak-riak itu biasa..aku mengambil yang positifnya saja.
Tahun itu adalah tahun kesedihan buat aku dan suami. Bagaimana tidak, pada tahun itu aku masuk rumah sakit karena sakit maag. Memang kadang-kadang kalo suka telat makan maagku kambuh. Otomatis si kecil sementara dalam pengasuhan mertua dan minum susu formula. Aku yang waktu itu dirawat dirumah sakit hanya bisa berdoa semoga segera pulang karena selalu terbayang-bayang wajah si kecil...bagaimana makannya....bagaimana susunya. Apalagi waktu itu adalah masa peralihan buat si kecil dari minum ASI ke makanan yang lebih kasar seperti bubur tim, kue-kue kering, buah dll..
Untunglah, 3 hari kemudian aku boleh pulang kerumah. Bahagia rasanya ketika bertemu si kecil mengalahkan rasa sakit bekas suntikan jarum infus. Kupeluk dan kuciumi si kecil dengan erat tak lupa kuucapkan terima kasih kepada mertuaku karena sudah mengasuh si kecil selama aku di rumah sakit.
Semenjak aku dirawat di rumah sakit dan si kecil minum susu formula serta makanan-makanan pendamping lainnya, si kecil pupnya menjadi kurang lancar. Biasanya tiap hari pup, ini bisa 4 hari baru pup itu saja harus menggunakan obat pencahar untuk bayi..kalo tidak salah namanya Microlax cair. Padahal tiap hari aku selalu rutin memberinya buah pepaya, juga rutin memberinya air putih sehabis makan bubur tim. Dan yang paling lama adalah si kecil baru pup setelah 1 minggu. Selanjutnya juga begitu, pupnya tidak pernah lancar. Padahal kalo terus menerus memakai Microlax kan tidak bagus untuk area pupnya.
Karena bingung bercampur panik akupun lalu berkonsultasi ke dokter spesialis anak di sebuah RS A. Pada pemeriksaan awal si dokter muda ini memeriksa bagian perut dengan stetoskopnya. Kemudian memberiku beberapa pertanyaan. Kemudian beliau membuat analisa kalo kemungkinan si kecil memiliki kelainan usus yang disebut Hirshprung, yaitu kelainan usus besar yang menyebabkan penderitanya sulit untuk BAB (untuk lengkapnya bisa lihat di google). Dan harus segera dioperasi. Itu tanpa melalui prosedur seperti rontgen misalnya. Beliau menambahkan,kalau tidak segera dioperasi akan berkelanjutan sampai dia dewasa nanti. Lututku serasa lemas ketika mendengar pernyataan dokter tadi. Sepulang dari dokter aku hanya bisa menangis dan merenung. Meski suami dan mertuaku berusaha menghibur tetapi hati ini rasanya sedih sekali dan tidak bisa menerima kenyataan.
Namun aku dan suami tidak menyerah begitu saja, suamiku kemudian berinisiatif googling di komputer untuk melihat informasi tentang Hirsprung. Ternyata banyak yang tidak sesuai dengan apa yang diungkapkan si dokter. Tak perlu aku ceritakan semua. Diantaranya adalah kalo seseorang menderita Hirshprung logikanya dia akan rewel terus karena menahan sakit. Tapi kok si kecil itu biasa aja. Ketawa ketiwi. Main dengan mainannya juga biasa. Malah aku yang sering nangis he..he...he..
Singkat cerita, kemudian aku dan suami berkonsultasi ke dokter spesialis lain untuk mencari second opinion. Dokter ini berbeda pendapat dengan dokter yang pertama, menurutnya si kecil itu baik-baik saja, tidak ada masalah...bahkan menurutnya tidak perlu dioperasi hanya perlu pijatan lembut dibagian perut yang disebut pijatan LOVE yaitu mengurut perut bayi dengan gerakan menyerupai bentuk cinta. Ini dilakukan searah jarum jam beberapa kali bila si bayi telat pup. Selain itu juga ditambah konsumsi buah-buahan,sayur-sayuran serta air putih. Lega rasanya mendengar keterangan dokter ini, rasa sedihku langsung hilang seketika. Begitu juga suami.
Sepulang dari rumah sakit aku lalu mempraktikkan apa yang telah dikatakan dokter. Alhamdulilah si kecil menjadi rutin pup dan tidak ada masalah dengan pupnya sampai sekarang. Si kecil sekarang telah berumur hampir 10 tahun dan tumbuh menjadi anak yang pintar.
Salam hangat,
Singkat cerita, kemudian aku dan suami berkonsultasi ke dokter spesialis lain untuk mencari second opinion. Dokter ini berbeda pendapat dengan dokter yang pertama, menurutnya si kecil itu baik-baik saja, tidak ada masalah...bahkan menurutnya tidak perlu dioperasi hanya perlu pijatan lembut dibagian perut yang disebut pijatan LOVE yaitu mengurut perut bayi dengan gerakan menyerupai bentuk cinta. Ini dilakukan searah jarum jam beberapa kali bila si bayi telat pup. Selain itu juga ditambah konsumsi buah-buahan,sayur-sayuran serta air putih. Lega rasanya mendengar keterangan dokter ini, rasa sedihku langsung hilang seketika. Begitu juga suami.
Sepulang dari rumah sakit aku lalu mempraktikkan apa yang telah dikatakan dokter. Alhamdulilah si kecil menjadi rutin pup dan tidak ada masalah dengan pupnya sampai sekarang. Si kecil sekarang telah berumur hampir 10 tahun dan tumbuh menjadi anak yang pintar.
Salam hangat,